Senin lalu, aku ikut kajian rutin di Masjid Syamsul Ulum IT Telkom. Biasalah yang datang orang itu-itu aja, gak ada yang berbeda. Apakah kalian semua tahu, gimana sulitnya ngjak orang buat ikut ynag namanya 'kajian' ? Sulit bin sukar. Aku maklumi sih, dengan seabrek tugas dari kuliah rodi dan tugas kepanitiaan ato organisasi yang juga menyita waktu.
Jam menunjukkan angka 16.30, dan cewe yang dateng cuma ada dua baris aja, and yang cowo gak tau (kan dihijab). Tapi mestinya lebih banyak dari yang cewe. Tapi pas jam 17.00 ada dua orang cewe datang. Yang satu pake jilbab, walopun jilbabnya gak panjang. Dan yang satunya tuh (ini nih bahan pembicaraannya) ga pake jilbab. Kalo diliat dari penampilan, cewe yang gak pake jilbab tuh wajah-wajah cewe hedon. Dan sekarang, aku mulai menyadarai bahwa kata-kata 'jangan menilai buku dari sampulnya' itu benar adanya. Liat tuh, cewe-cewe telkom yang pake jilbab di luar sana aja masih pada males dateng kajian dengan alasan capek lah, males lah. Tapi ini beda, dia benar-benar mendobrak paradigma selama ini dan dia juga membuktikan bahwa 'gue juga bisa datang ke kajian walo dengan penampilan gue gini'.
Sepanjang acara, yang aku rasain cuma bangga dengan dia, bangga dengan orang - orang yang mematahkan teori kalo yang dateng kajian tuh nggak harus yang berjilbab panjang, bahkan yang non muslim aja boleh, kalo niat dia gak buat nikin onar. Orang yang seperti ini yang harus dijadiin contoh buat orang-orang yang merasa dirinya udah kenyang dengan ilmu agama, padahal sebenarnya kita gak akan pernah menemukan kata 'kenyang' dalam kamus memperdalam ilmu agama. Aku yakin, kalo dia kesana dengan niat ikhlas. Semoga aja dia cepat berjilab. Aamiin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar