Pages - Menu

03 Maret, 2014

Hidupku Datar Tapi Penuh Makna

Nama saya Daniar Dwi Pratiwi. Biasa dipanggil "Daniar", "Dani", dan "Hani". Jangan tanya arti nama saya. Saya sudah searching di internet dan tanya kepada orang tua saya. Hasilnya nihil. Orang tua saya yang notabenenya yang memberi nama saja tidak tahu, apalagi saya yang menerima hadiah itu. Ditambah lagi pada saat bayi saya tidak bisa protes. Hehehehe. Seperti kata Romeo, "apalah arti sebuah nama...."(lupa lanjutannya). Insha Allah orangnya sholihah. Amin.

Dilahirkan di kota dengan suhu udara cukup panas yang rasanya pingin mandi setelah sejam yang lalu mandi, Semarang. Tepatnya 6 Agustus 21 tahun yang lalu dari pasangan Bapak Suprapto dan Ibu Siti Rahayu.

Saya jawa agak tulen, karena kakek buyut saya keturunan Tionghoa. Walaupun saya jawa agak tulen, tapi saya nggak terlalu bisa berbahasa jawa yang baik dan benar. Saya cuma bisa bahasa jawa ngoko alias kasar. Kalau yang krama alias halus saya harus mikir dulu. Krama inggil? harus buka-buka kamus dulu. Saya memang tidak pernah diajari bahasa jawa dengan baik dan benar sejak kecil.Setidaknya saya sekarang sudah belajar memakai kosakata yang seharusnya diperhalus saat berbicara dengan orang tua. Contohnya: "Bapak wis dhahar?" (artinya bapak sudah makan). Kalau didalam kaidah bahasa jawa, kalimat itu salah. Kata "wis" itu kasar dan kata "dhahar" itu halus. Gak jelas kan?hahaha. Tapi alhamdulillah nilai bahasa jawa saya selalu bagus. Diatas 80.

Ibu saya pernah bercerita, sebelum hamil saya, beliau ingin punya anak laki-laki katrena kakak saya perempuan. Pokoknya ngidam anak laki-laki. Tapi akhirnya yang keluar perempuan lagi. Dan itu saya. Outputnya jadi agak tomboy. Saya nggak begitu ingat masa kecil saya seperti cowok atau tidak. Yang jelas saya sekolah masih pake rok. Dari SD sampai SMA, saya selalu memotong pendek rambut saya. Saat itu saya sangat ngefans dengan pemain badminton, Lilyana Natsir. Saya bela belain potong rambut seperti dia. Benar-benar pendek. Saya juga pernah mencoba potongan Victoria Beckam. Pendek juga itu. Tapi kata teman-temanku, potongan rambut saya bagus dan berhasil. Mereka malah bertanya saya cukur di salon mana dan harganya berapa. hmmmmm. Potongan rambut yang paling gagal total adalah saat saya mencoba meniru gaya rambut Nanako di drama jepang Great Teacher Onizuka, tapi jadinya malah seperti Qibil The Changcuters. TToTT

Saya menikmati masa-masa itu dimana saya merasa wanita itu tidak perlu merasa berpenampilan seperti wanita secara umum. Mau tomboi silakan. Asal jangan ngerokok saja. Hmmmm, pemikiran yang aneh. Hidup saya cukup berubah saat menginjak masa kuliah. Entah kenapa saya memutuskan untuk memakai jilbab. Kalau sekarang ditanya kenapa saya pakai jilbab, saya akan menjawab karena ini adalah syariat. Tapi apabila ditelaah saat saya pertama kali memakai jilbab, saya juga tidak tahu kenapa saya memakai jilbab. Orang tua saya tidak pernah menyurh saya memakai jilbab. Bapak saya ingin saya punya rambut panjang dan ibu saya ingin saya rambut pendek saja. Saya pakai celana pendek (tidak sampai di atas lutut), orang tua saya tidak pernah protes. Bahkan baju saya model laki-laki dilengakapi dengan kaos-kaos bersablon "The Beatles", "Guns and Roses", "Metallica", dan "Eminem"pun saya punya dan saya tidak pernah diprotes oleh orang tua saya. Tapi kenapa saya memutuskan berjilbab? Saya jawab saya tidak tahu.

Selama ini, saat saya ditanya alasan saya berjilbab, saya selalu menjawab karena saya bernadzar saat kuliah saya akan berjilbab. Tapi saya masih berpikir. Saya lupa dulu berpikir apa saat pertama kali berjilbab. Jujur saya lupa. Yang saya ingat hanyalah saya beli jilbab di toko Raja Bares daerah Pasar Bulu. Udah itu saja. Keinginan kini saya utarakan hanya pada ibu saya. Taukah kaliah bagaimana reaksi beliau? BIASA BIASA SAJA. Itulah ekspresinya.

Saat PDKT (nama ospek untuk anak IT Telkom),  ada peraturan kalau yang pake jilbab, panjang jilbabnya harus sejengkal dari pundak, menutup dada, tidak transparan. Nah ini ni, saya tidak sempat beli jilbab semacam itu. Saat itu sudah tidak ada yang jual lagi. Saya pun mengambil tindakan, yaitu melepas jilbab selama PDKT berlangsung dan setelah PDKT usai, saya langsung pakai jilbab lagi. Tentunnya yang pendek dan transparan.

Bersambung